Ini Kisah Enam Pendaki Gunung Mekongga Kolut, Sebelum Dihantam Badai

Khairat umayya said (khai) Foto: Israil Yanas
Khairat umayya said (khai) Foto: Israil Yanas

LASUSUA, KORAN SULTRA– Kisah enam pendaki alumni Universitas Haluileo (UHO), Kendari di gunung mekongga, dengan ketinggian 2.620 meter dipermukaan laut di Kecamatan Ranteangin, dan Kecamatan Wawo, Kabupaten Kolaka Utara (Kolut), Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) yang merengut dua nyawa. Yang bermula dari keberangkatan enam pendaki pada hari minggu (05/03/2017) sekitar pukul 08.00 wita.

Enam pendaki ini sampai kepuncak gunung mekongga selama tiga hari lamanya. Sebelum sampai ke puncak, enam pendaki ini menempati posko enam untuk dijaikan camp dan sebagai tempat menyimpan logistik.

Khairat umayya said (khai) yang ditemui Media ini, Rabu (15/03) di ruangan ponek puskesmas wawo menceritakan, selama pendakian, hingga tiba di posko enam, tidak ada tanda-tanda yang menggambarkan bakal terjadi peristiwa tragis seperti yang dialami dia dan rekannya.

“Kamis Pagi sekitar pukul 07.00 wita, kami berangkat ke puncak usai sarapan. Tiga teman sudah duluan mendaki, yaitu edi mulyadi (edi), Lily Angganggia (ligon) bersama Rahim. Dan kami menyusul, saya bersama Laode mufasir (Ufan) dan Laode Fitrah (toto) yang kemudian bertemu dipuncak. Waktu naik kepuncak kami sudah dihantam badai angin kencang,” keluhnya.

Tidak lama kemudian kata Khairat, Ia bertiga ikut turun dari puncak. ”Pas ditengah jalan antara posko delapan dan tujuh, kami bertemu Edi yang sudah terbaring dijalan dan sudah tidak bergerak. Tapi, dia masih bernafas,” ceritanya.

Sedangkan dia bersama rekannya Laode Mufasir, melanjutkan perjalanan ke camp posko enam. Sebab, saat itu laode fitrah (Toto) kembali untuk menolong edi.

”Lily Angganggia (ligon) bersama Rahim sudah duluan, sampai ke camp posko enam, setelah kami sampai ke camp posko enam, kami sudah kelelahan sekali karena kedinginan. Saya masih ingat, pesan terakhir Edi kepada kami, silahkan lanjutkan perjalanan dan minta bantuan warga. Kami ber tiga pun sepakat, jika Lili bersama Rahim turun ke kampung untuk meminta pertolongan,” ungkapnya.

Saat itu dia bersama Laode mufasir berjalan menuju ke posko enam. karena mereka berdua sudah tidak mampu lagi untuk berjalan.

”Laode mufasir sudah berangkat tadi pagi, (Rabu 15/03 red), sekitar pukul 10.00 wita. Saya belum pulang, karena saya mau menunggu dulu teman, Korban yang meninggal ini,”

Sainal abidin ayah edi korban meninggal menceritakan, Saat itu Ia bertanya ke pada anaknya Edi, jika iya hendak kemana. ”Dia bilang katanya mau ke kolaka utara jalan-jalan. Ternyata itulah kata terakhir dari almarhum yang masih terdengar sampai saat ini. Ibunya juga malam pemberangkatan almarhum gelisah dan tidak bisa tidur sampai pagi. Ini ternyata adalah tanda almarhum yang bakal meninggalkan kami,” sedihnya.

Informasi yang dihimpun, sampai saat ini dua jenasah korban pendaki gunung mekongga masih dievakuasi ke posko induk. Dan rencananya korban akan di bawah kepuskesmas wawo untuk diberikan obat formalin, yang selanjutnya akan diberangkatkan ke kediamannya kendari.

Berita Terkait : Dua Pendaki Gunung Mekongga Kolut Ditemukan Tewas

Kontributor : Israil Yanas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *