JAKARTA, KORANSULTRA.COM – Mantan Menteri Koordinator Maritim Rizal Ramli menyebut, media-media online yang berserikat ke dalam wadah Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) bisa menjadi sumber bacaan alternatif bagi berita-berita yang lebih objektif.
Rizal mengatakan, maraknya kehadiran media online dewasa ini ibarat sungai-sungai kecil yang banyak namun tidak ada bendungan sebagai penyaringnya.
“Sungai-sungai itu ada yang bersih, setengah kotor bahkan ada juga yang sangat kotor. Maksudnya, berita yang dihasilkan oleh media online ada yang sudah bagus, faktual, berimbangan dan profesional. Ada juga yang belum, dan yang belum ini diibaratkan sungai yang kotor tadi, yang belum disaring,” kata Rizal yang juga sebagai pembina SMSI saat audiensi ke Dewan Pers, Jumat (08/09/2017). Jakarta Pusat.
Dikatakan Rizal, masyarakat pembaca sekarang tidak bodoh, mereka bisa memilih mana yang berita dari media online yang bersih (benar,- baca) mana yang kotor tadi.
“Tapi, kita tidak boleh menganggap masyarakat pembaca itu bodoh, mereka bisa memilih kok mana yang bersih mana yang kotor. Kecuali pikirannya sudah radikal sekali, maunya yang kotor-kotor aja (berita tak benar), itu sudah badung sekali,” ucapnya.
Dengan kehadiran media online dalam wadah SMSI ini, lanjut Rizal, dapat memberikan alternatif kepada masyarakat pembaca. Karena selama ini masyarakat hanya terbiasa dengan media-media mainstream (Media Harian Cetak) saja, yang justru media mainstream tersebut tersandra kepentingan ideologi maupun bisnis pemiliknya.
Sehingga, lanjut Rizal, sering sekali berita-berita yang dihadirkan tidak mencakup kenyataan yang terjadi di masyarakat. Karena media mainstream ini lebih banyak menjaga dan mempertahankan status quo (kepentingan bisnis pemilik dan ideologi tertentu).
“Nah, dengan kehadiran media-media online ini, akan menjadi arus yang bagus, apalagi di SMSI ini menggunakan verivikasi sudah bagus dengan sarat-saratnya sangat ketat sesuai dengan aturan dewan pers. Dan akhirnya SMSI bisa membersihkan sungai-sungai yang kotor ini (ibarat,- baca) menjadi alternatif bacaan yang lebih objektif,” pungkasnya.