GURUKU: PAHLAWAN TANPA JASA, IRONI DALAM KESEJAHTERAAN

LA ODE YUSRAN SYARIF
LA ODE YUSRAN SYARIF

Oleh: LA ODE YUSRAN SYARIF

Alumni FIA Universitas Halu Oleo

Ketika kita mendengar kata Guru, tentu yang terlintas dalam pikiran kita adalah, seorang pendidik, penempa, dan peletak dasar ilmu pengetahuan.

Sungguh besar perannya dalam kemajuan peradaan umat manusia. Tanpa guru kita tak bisa apa-apa, membaca, menulis, maupun berhitung olehnya itu ia disebut sebagai Pahlawan Tanpa Tanda Jasa.

Istilah Pahlawan tanpa Tanda Jasa sarat dengan makna karena peran guru yang sangat begitu penting sebagai ujung tombak kemajuan bangsa dalam mencerdaskan dan mempersiapkan generasi untuk menjadi pemimpin dimasa depan.

Hari ini tanggal 25 November yang setiap tahun diperingati sebagai hari Guru nasional, dengan tujuan merefleksi serta memberi dukungan kepada para guru dan meyakinkan mereka bahwa keberlangsungan generasi pada masa depan ditentukan oleh guru.

Namun ironisnya kontribusi dan peran besar mereka tidak sebanding dengan penghargaan apalagi kesejahteraan.

Belum lagi sebagian guru hidup dibawah bayang-bayang tekanan politik, ekonomi dan tuntutan hidup, sehingga banyak guru yang nyambi, Ikut dalam Politik Praktis, Jualan pulsa, Ngojek, dll.

Semua terpaksa dilakukan oknum guru demi memenuhi tuntutan hidup yang serba tidak pasti.
Kehadiran Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 membawa angin segar manakala hak-hak guru dimantapkan dengan adanya program sertifikasi dengan tujuan peningkatan kompentensi guru sebagai upaya peningkatan kesejahteraan yang memenuhi kualifikasi.

Namun dalam UU tersebut lebih menguntungkan bagi para Guru yang berstatus PNS yang berada didaerah perkotaan. Sedangkan banyak guru-guru, terutama di daerah terpencil yang tidak menikmati program tersebut.

Belum lagi guru-guru yang berstatus Honorer/Guru Bantu yang nasibnya kurang beruntung ada yang gajinya tidak mencukupi untuk kebutuhan hidup, dan bahkan kadang diperlakukan tidak honorued (terhormat) hanya sebagai guru pembantu disekolah tanpa gaji, lantas mengapa mereka tetap bertahan?

Setidaknya ada sebuah jawaban tentang hal ini yakni mereka sangat berharap menjadi PNS, sebab dengan berstatus PNS dianggap menjanjikan kesejahteraan dan jaminan hari tua atau paling mereka mengharapkan upah yang layak agar kebutuhan hidup sehari-hari bisa terpenuhi.

Menghadapi persoalan diatas, pemerintah harusnya segera menuntaskan, jangan lagi kita berkutat pada persoalan klasik yakni kesejahteraan guru, saatnya kita melangkah masih banyak Pekerjaan Rumah yang berkaitan dengan dunia pendidikan yang perlu dibenahi, infrastuktur sekolah, kurikulum, literasi dll….

Menutup tulisan ini, saya ucapkan SELAMAT HARI GURU, tetap bekarya, dan mencerdaskan…!!!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *