
Raha, Koransultra.com – Sejumlah tenaga Bidan gelar aksi mogok kerja di depan ruang kebidanan di RSUD Muna, Sulawesi Tenggara, Jumat 14 Desember 2018. Aksi mogok kerja itu dipacu lantaran pihak RSUD dianggap tidak berlaku adil terhadap pembayaran insentif mereka.
Pasalnya, pihak RSUD memberikan insentif terhadap pegawai ICU dan UGD senilai Rp1 juta rupiah, sedangkan untuk tenaga bidan hanya diberikan senilai Rp700 ribu saja. Padahal, dana sebanyak Rp10 milyar yang disetujui DPRD untuk pembayaran insentif tenaga medis sejak Januari hingga Desember ini, dianggap cukup.
“Kami hanya meminta apa alasannya, sehingga pemberian insentif terhadap kami berbeda dengan tenaga medis lainya,” kata salah seorang bidan di RSUD yang meminta namanya untuk disembunyikan.
Dikatakannya, Insentif Rp700 ribu perbulannya itu tidak sesuai dengan tugas mereka selama ini di RSUD. Lebih ironi lagi kata dia, gaji claning service lebih besar dibanding insentif mereka.
“Kami tidak terima jika dana insentif diperlakukan tidak adil. Sebab, kami juga bekerja menyelamatkan nyawa pasien, dan bekerja selama 24 Jam. Mana lagi saat merawat bayi dan Ibu nya kami harus serba ekstra hati-hati,” katanya.
Selain pemberian insentif yang tidak merata, para bidan itu juga memprotes keterlambatan pembayaran insentif mereka, yang sejak bulan Januari hingga Desember tahun ini belum dibayarkan. Sementara pihak Legislatif Muna sudah memprioritaskan pembayaran insentif tenaga medis di akhir tahun selesai.
Bendahara RSUD Muna, La Ode Imran menuturkan, jika pembayaran insentif para tenaga medis baru dimasukan di BPKD Muna. “Kami baru mengajukan permintaan di keuangan untuk pembayaran insentif para tenaga kesehatan,” ketus La Ode Imran.
Melihat aksi mogok para bidan itu, La Ode Imran langsung mengadakan pertemuan tertutup terhadap sejumlah bidan.
Sementara itu Direktur Umum RSUD Muna, Agus Susanto yang dikonfirmasi tidak berada ditempat, saat dihubungi Koran Sultra melalui via telepon selulernya berada diluar jangkauan.
Kontributor : Bensar