Catatan : Dekri Adriadi
Pimpinan Redaksi : Koransultra.com
Kali ini saya akan mengulas sedikit tentang Panjat Pinang yang merupakan budaya Belanda saat medio Penjajahan. Dan tradisi Indonesia dimasa Kemerdekaan Republik Indonesia.
Sebelum kesitu saya terlebih dahulu menyebutkan jika orang Belanda panjat pinang menyebut “De Klimmast” yang berarti panjat tiang.
Kegiatan panjat tiang itu seringkali dilaksanakan bangsa Belanda. Biasanya mereka melaksanakan kegiatan itu setiap tanggal 31 Agustus.
Tanggal 31 Agustus pada masa itu bertepatan dengan ulang tahun Ratu Wilhelmina.
Tahukah anda siapa sosok Ratu Wilhelmina?. Ratu Wilhelmina adalah Ratu Belanda yang tidak rela jika Republik Indonesia ini Merdeka.
Ia, sudah dia orangnya. Perempuan bernama lengkap Wilhelmina Helena Pauline Marie van Orange-Nassau itu setiap hari lahirnya selalu dirayakan. Bahkan wajib dirayakan.
Mau tau kenapa? karena ia adalah ahli waris mahkota Kerajaan Belanda. Kebetulan, dia terlahir sebagai putri satu-satunya Raja Willem III dengan Ratu Emma. Maka, begitu ayahnya meninggal di usia 73 pada 23 November 1890, dia pun menjadi orang nomor satu di Belanda.
Mengingat Ratu Wilhelmina masih berumur belia tepatnya berumur 10 tahun, saat itu sehingga kekuasaannya diwakilkan ibunya hingga 31 Agustus 1898.
Status Wilhelmina sebagai orang nomor satu tak terbantahkan. Hanya soal waktu belaka sampai ia benar-benar menjadi penguasa penuh. Ada banyak sejarah tentang Ratu Wilhelmina, namun kali ini saya tidak mau mengulasnya saya menganggap tidak terlalu penting.
Saya ke topik awal yaitu panjat pinang yang saat ini menjadi tradisi dihari kemerdekaan Indonesia. Yang kadang kita menyaksikan dengan terbahak-bahak.
Tahukah anda Pada masa penjajahan, lomba ini sering diselenggarakan oleh Belanda untuk Indonesia. Mau tau kenapa?
Orang-orang Belanda akan menggantungkan berbagai benda di pohon pinang.
Hadiah yang digantung di cabang-cabang pohon pinang biasanya berjenis makanan, gula, pakaian, dan tepung.
Kemudian batang pinang akan dilumuri dengan minyak sebagai pelumas.
Barang-barang seperti itu menjadi suatu hal yang mewah bagi orang-orang kita Indonesia pada saat itu.
Tentu saja, pasalnya ketika masa penjajahan, rakyat Indonesia kekurangan bahan makanan dan bahan pokok lainnya.
Maka tak heran jika pribumi berusaha mendapatkan hadiah-hadiah yang digantung itu.
Upaya yang berat untuk mengambil hadiah itu lah yang kemudian dinikmati oleh Belanda.
Melihat pribumi bersusah payah mendapatkan barang yang murah bagi mereka itu adalah sebuah hiburan.
Tak jarang mereka akan tertawa saat melihatnya. Seperti kita yang selalu tertawa terbahak-bahak, melihat bangsa kita yang saling menginjak-injak harga dirinya demi sebuah barang kecil yang digantung dipohon pinang oleh panitia.
Miris, Sejarah kelam panjat pinang kini dijadikan tradisi di perlombaan 17 Agustusan.
Sadarkah kita jika panjat pinang melukai nilai-nilai kehidupan masyarakat Indonesia.
Trus tahukah kita jika Belanda menjajah Indonesia selama 3,5 abad?
Masih maukah anda memperingati kemerdekaan Indonesia dengan mewarnai budaya Belanda?(*)