Review Film “BARAKATI”

foto-online
Buton, Koran Sultra – Berawal dari sebuah lontar yang berisi informasi mengenai harta Karun peninggalan Patih Gajah Mada yang berada di pulau Buton. Lontar Lontar tersebut saat ini degang oleh seorang jurnalis asing yang bernama Garry.

lembaran demi lembaran lontar tersebut berisi tentang riwayat perjalanan pulang kampung Gajahmada yang ditulis dalam bahasa Sansekerta, dan menjadi peninggalan sekaligus pusaka di kerajaan Buton.
Dikisahkan pada masa kejayaan kerajaan majapahit, Gajahmada KATANYA darah keturunan Buton, pergi merantau ke Jawa dengan harapan mampu menaklukkan pulau Jawa dan kerajaan Majapahit.

Ditengah perebutan kekuasaan Gajah Mada pun merasa kesulitan dan akhirnya ia merasa harus kembali ketanah asalnya. Bagi orang Buton ketika berada dinegri orang, selalu meminta berkat dari tanah leluhur dengan niat ” Kabarakatina tanah wolio ”

Singkat kisah akhirnya Gajahmada pun pulang ke kampung halaman, dengan meninggalkan jejak jejak serta teka teki yang menjadi napak tilas pulangnya Gajahmada ke kampung halamannya di Buton.
Ibunda Abdul Manan (La Umane) yang juga darah keturunan bangsawan Buton menikah dengan seorang keturunan Jawa, dan kemudian diusir oleh lembaga adat Buton, karena menikah dengan bukan darah bangsawan Buton.

Singkat cerita ia ditikam hingga dibuat sekarat oleh orang suruhan Nyai, yang ingin juga menguasai Lontar Lontar tersebut, demi harta Gajahmada yang dibawa pada saat pulang ke kampung halaman.
Adapun misi turun temurun Nyai, adalah ingin mengembalikan kejayaan kerajaan majapahit. Untuk itu Nyai mengutus seorang algojo yang bernama Irfan demi membuntuti Garry dan Abdul Manan yang seorang arkeolog muda dari Jogja.

Sebelum meninggal dunia, Ibunda Abdul Manan memiliki keinginan untuk kembali kekampung halamannya di Buton, untuk itu Abdul Manan harus ke buton untuk bernegosiasi dengan petua adat disana, agar ibundanya dapat kembali ketanah asalnya.

Pertemuan antara Abdul manan dengan keluarganya di Buton sangat menguras emosi Abdul Manan tidak diterima baik oleh keluarganya di buton. Namun keahliannya membaca Lontar Lontar tersebut, memaksa dirinya untuk tetap tinggal di Buton.

Walaupun sebenarnya Abdul manan tidak tertarik dengan urusan Lontar tersebut, namun keadaan lah yang memaksa dirinya harus terlibat sebagai penterjemah untuk menelusuri jejak patih Gajahmada di Buton.
Demi memenuhi wasiat terakhir sang Ibunda, akhirnya iapun harus berurusan dengan Ma zamuni, ketua adat Buton yang memiliki hak penuh untuk mengembalikan ibuda Abdul manan di Buton.
Melihat kerja keras Abdul Manan, dan kesungguhannya kemudian ditambah lagi dengan terkuaknya misteri bahwa patih Gajahmada adalah darah keturunan Buton, maka ma zamuni membolehkan jenazah ibundanya pulang dan dimakamkan di tanah Buton.

Penelusuranpun akhirnya dimulai, berawal dari rumahnya wa ambey, lalu kemudian mereka melakukan napak tilas terhadap kepulangan patih Gajahmada ( La Mada) di Buton yang KATANYA putra dari raja bilawambona.

Seiring waktu, penelusuran tersebut kian lama kian membuahkan hasil dan menimbulkan titik terang, bedasarkan penelitian Abdul Manan bahwa Gajahmada Pertamakali tiba d Buton melalui Pulau Siompu.
Akhirnya perjalanan menuju pulau siompu kembali membuka tabir dengan pohon Maja sebagai kuncinya. Ternyata dibawah pohon Maja tersebut tersembunyi jejak prajurit Gajahmada berupa kotak kecil berisi peta Buton dan pedang prajurit Gajahmada.

Tanpa disadari perkelahian sengit pun akhirnya terjadi antara Irfan dan wa ambey, mereka berkelahi tepat di lokasi penemuan jejak prajurit Majapahit. pada perkelahian tersebut, membuat wa ambey harus terluka parah, karena dianiaya oleh Irfan.

Kemudian melihat wa ambey di aniyaya oleh irfan, Abdul Manan harus membunuh Irfan dengan tangan nya sendiri, menggunakan pedang pusaka milik prajurit Patih Gajahmada yang di temukan di siompu, dan irfanpun mati terbunuh olenya.

Kini penelusuran terhadap jejak Gajahmada di Buton, akhirnya membuahkan hasil dari tiang bendera kerajaan Buton, mereka menemukan petunjuk mengenai keberadaan harta tersembunyi Patih Gajah Mada dan lokasinya ternyata berada di bawah laut pulau siompu.

Kemudian spontan Mr Garry, Abdul Manan, dan Wa Ambey menyelam di laut siompu dan akhirnya menemukan kotak besar yang di tinggalkan oleh Gajahmada. Awalnya Abdul Manan berniat membawa kotak besar tersebut, ke jogya, namun ia berpikir bahwa kotak tersebut kepunyaan Buton dan harus dipelihara oleh Buton maka ma zamuni lah yang harus memeliharanya, hingga datang petunjuk petunjuk selanjutnya.

Penulis : Voril Marpap

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *