
LASUSUA, KORANSULTRA.COM – Habis manis sepah dibuang, itulah pribahasa yang patut disematkan pada warga Dusun VI Desa Sulaho, Kecamatan Lasusua, Kabupaten Kolaka Utara (Kolut), Sulawesi Tenggara (Sultra)dimana, pasca berakhirnya tambang nikel diwilayah tersebut pada tahun 2012 lalu, sisa galian tambang berdampak buruk pada kehidupan warga sekitar.
Pasalnya, setelah menguras semua isi kekayaan alam, pihak perusahaan tersebut menyisahkan tanah lembab. Akibatnya, saat musim penghujan rumah warga yang dihuni sekitar 70 kepala keluarga itu diterjang lumpur hingga setinggi 2 cm.
“Bukan hanya rumah warga yang diterjang, mesjid pun tak luput dari terjangan lumpur,” kata salah satu tokoh masyarakat Muhammad Rustam, Kamis (30/11/2017).
Tidak hanya lumpr pertambangan, yang sst ini dikeluhkan waraga setempat. Bahkan , air yang menjadi kebutuhan sehari-hari mereka, kini pun menjadi kotor akibat bercampur lumpur.
“Kadang warga disini pake minum dan mandi yang bercampur lumpur. Namun, kita sudah menggunakan sumur bor,” ungkapnya.
Sebelum ada aktifitas pertambangan nikel di daerah ini lanjut dia, air bersih masih melimpah dan para petani selalu mengandalkan hasil tanaman perkebunan yang mereka tanam.
“Setelah ada aktifitas dilahan sekitar 50 haktar itu, tanaman petani seperti kelapa, jambu mete dan nilam semua mati akibat tertutupi lumpur yang megandung racun dari kegiatan pertambangan nikel,” ujarnya.
Dia menambahkan, pasca penambangan nikel tersebut, pihak Pemerintah Daerah (Pemda) ataupun pihak terkait, belum perna meninjau lokasi dusun VI bagaimana dampak yang ditimbulkan para penambang.
“Jangankan pemda dan kades Sulaho, Dana Desa (DD)pun tidak perna tersentuh semenjak dusun ini dibentuk ,” keluhnya.
Untuk itu, tokoh masyarakat sekaligus iman desa di dusun VI desa sulaho ini berharap, agar pihak terkait dapat melirik kondisi yang dialami warga di sini.
“Seandainya DD tersentuh di dusun ini, kami hanya minta diprioritaskan untuk air bersih dan dibuatkan wadah untuk pembuangan lumpur ke laut,” jelasnya.
Kontributor : Fyan