Penulis: Yoenita Jayadisastra_ Mahasiswa Pascasarjana UHO
Budaya maritim merupakan bagian integral dari identitas bangsa Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau dan memiliki sejarah panjang sebagai negara maritim. Dalam era digital saat ini, penggunaan media sosial sebagai alat untuk membangun dan memperkuat budaya maritim telah menjadi semakin relevan dan penting. Media sosial menyediakan platform yang luas dan interaktif untuk menyebarkan informasi, berbagi cerita, dan memperkuat kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga dan melestarikan warisan maritim. Menurut Kaplan dan Haenlein (2010), media sosial memungkinkan interaksi yang dinamis dan partisipasi aktif dari pengguna, yang dapat digunakan untuk menggalang dukungan publik dan meningkatkan apresiasi terhadap budaya maritim.
Pentingnya membangun budaya maritim melalui media sosial tidak hanya terletak pada aspek edukatif, tetapi juga pada kemampuannya untuk menjangkau audiens yang lebih luas dan beragam. Platform media sosial seperti Facebook, Instagram, Twitter, Tik Tok dan YouTube dapat digunakan untuk mempromosikan berbagai aspek budaya maritim, mulai dari tradisi dan kearifan lokal, keindahan alam laut, hingga isu-isu lingkungan dan konservasi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Pew Research Center (2019), media sosial memiliki peran signifikan dalam menyebarkan informasi dan meningkatkan kesadaran publik terhadap isu-isu penting. Dengan demikian, media sosial menjadi alat yang efektif untuk memobilisasi masyarakat dalam upaya pelestarian budaya maritim.
Selain itu, media sosial dapat digunakan sebagai sarana untuk membangun komunitas yang kuat dan kohesif yang memiliki minat dan komitmen terhadap budaya maritim. Melalui grup diskusi, forum online, dan kampanye digital, individu dan organisasi dapat terhubung, bertukar ide, dan berkolaborasi dalam proyek-proyek yang mendukung pengembangan dan pelestarian budaya maritim. Sebagai contoh, kampanye media sosial yang mempromosikan praktik berkelanjutan dalam perikanan atau pembersihan pantai dapat menginspirasi tindakan nyata dari masyarakat luas. Hal ini menunjukkan bahwa media sosial tidak hanya sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai platform untuk aksi kolektif yang dapat memberikan dampak positif pada pelestarian budaya maritim.
Peran Media Sosial dalam Membangun Kembali Budaya Maritim
Media sosial telah berperan signifikan dalam mempromosikan dan membangun kembali budaya maritim di Indonesia, meskipun masih ada tantangan yang perlu diatasi. Berikut beberapa aspek dari peran media sosial dalam upaya tersebut:
Peningkatan Kesadaran dan Edukasi: Media sosial seperti YouTube, Instagram, dan Facebook telah digunakan untuk meningkatkan kesadaran tentang budaya maritim melalui konten edukatif dan informatif. Misalnya, video dokumenter dan infografis tentang kehidupan nelayan, pembuatan perahu tradisional, serta sejarah maritim Indonesia memberikan wawasan yang mendalam dan menarik minat generasi muda. Akun-akun seperti “Indonesia Kaya” dan “Wonderful Indonesia” sering membagikan konten tentang tradisi maritim, yang membantu mempopulerkan pengetahuan ini di kalangan pengguna media sosial.
Promosi Pariwisata Maritim: Media sosial telah menjadi platform utama untuk promosi destinasi wisata maritim di Indonesia. Influencer dan wisatawan sering membagikan pengalaman mereka mengunjungi tempat-tempat seperti Raja Ampat, Pulau Komodo, dan Bunaken, yang dikenal dengan keindahan lautnya. Foto-foto dan video yang dibagikan di Instagram dan Facebook tidak hanya menarik wisatawan lokal tetapi juga internasional, sehingga meningkatkan pariwisata dan perekonomian daerah-daerah maritime.
Kampanye Lingkungan dan Konservasi: Platform media sosial juga digunakan untuk kampanye lingkungan yang bertujuan melindungi ekosistem laut dan terumbu karang. Misalnya, kampanye “Save Our Coral Reefs” di Instagram dan Facebook mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam aksi pembersihan pantai dan mengurangi penggunaan plastik sekali pakai. Kampanye semacam ini tidak hanya meningkatkan kesadaran lingkungan tetapi juga mendorong tindakan nyata untuk pelestarian laut.
Komunitas dan Pemberdayaan Lokal: Media sosial membantu membangun komunitas yang mendukung pelestarian budaya maritim. Grup Facebook dan forum diskusi online memungkinkan pertukaran informasi dan ide antara anggota komunitas maritim dan masyarakat umum. Inisiatif seperti “Pesisir Indonesia” mengadakan webinar dan diskusi panel tentang isu-isu maritim, yang memperkuat jaringan antara individu yang peduli terhadap budaya maritim dan konservasi laut.
Inovasi dan Kolaborasi: Media sosial mendorong inovasi dalam cara mempromosikan budaya maritim. Penggunaan teknologi seperti live streaming dan virtual reality (VR) untuk tur virtual di desa nelayan atau pengalaman menyelam di terumbu karang memberikan pengalaman baru yang menarik bagi audiens. Selain itu, kolaborasi antara pemerintah, LSM, akademisi, dan komunitas lokal melalui media sosial dapat menghasilkan program-program pelestarian budaya maritim yang lebih efektif dan berkelanjutan.
Permasalahan dan Solusi yang ditawarkan terkait Pembangunan Budaya Maritim Menggunakan media Sosial
Dalam pengembangannya, budaya maritim melalui media sosial menghadapi sejumlah tantangan yang kompleks. Salah satu permasalahan utama adalah kurangnya konten yang autentik dan berkualitas tinggi mengenai budaya maritim. Banyak konten yang beredar di media sosial sering kali bersifat superfisial dan tidak mendalam, sehingga gagal menggambarkan keunikan dan keindahan budaya maritim secara menyeluruh. Selain itu, sebagian besar kreator konten mungkin tidak memiliki akses atau pengetahuan yang memadai tentang budaya maritim, sehingga informasi yang disampaikan bisa saja tidak akurat atau menyesatkan.
Permasalahan lainnya adalah adanya kesenjangan digital antara komunitas pesisir dengan masyarakat urban yang lebih terhubung dengan teknologi. Banyak komunitas maritim di daerah terpencil mungkin tidak memiliki akses yang memadai ke internet dan perangkat digital, sehingga sulit bagi mereka untuk berpartisipasi aktif dalam mempromosikan budaya mereka melalui media sosial. Kesenjangan ini menciptakan hambatan dalam upaya memanfaatkan media sosial sebagai alat untuk melestarikan dan mengembangkan budaya maritim secara inklusif dan partisipatif.
Selain itu, tantangan terkait dengan konsistensi dan keberlanjutan konten juga menjadi masalah signifikan. Untuk menjaga minat dan perhatian audiens, perlu adanya konten yang diunggah secara teratur dan terus menerus, namun hal ini membutuhkan sumber daya dan komitmen yang tidak selalu tersedia, terutama dari individu atau komunitas yang terbatas dalam hal finansial dan waktu. Ketidakmampuan untuk mempertahankan keberlanjutan ini dapat menyebabkan inisiatif-inisiatif untuk mempromosikan budaya maritim melalui media sosial menjadi tidak efektif dalam jangka panjang.
Oleh karena itu, solusi yang harus dilakukan untuk kembali membangun budaya maritime, yaitu :
Penting untuk meningkatkan kualitas dan keaslian konten mengenai budaya maritim. Ini bisa dilakukan dengan melibatkan ahli dan praktisi budaya maritim dalam pembuatan konten. Misalnya, bekerja sama dengan nelayan, pembuat kapal tradisional, dan sejarawan maritim untuk menghasilkan video dokumenter, artikel, dan infografis yang mendalam dan informatif. Konten yang autentik dan kaya informasi akan lebih mampu menarik minat audiens dan meningkatkan apresiasi terhadap budaya maritime.
Kedua, mengatasi kesenjangan digital dengan menyediakan akses internet dan perangkat teknologi yang lebih baik untuk komunitas pesisir. Pemerintah dan organisasi non-pemerintah dapat berkolaborasi untuk membangun infrastruktur digital di daerah-daerah terpencil. Selain itu, program pelatihan digital dapat diselenggarakan untuk memberdayakan masyarakat pesisir dalam menggunakan media sosial secara efektif. Dengan demikian, komunitas maritim dapat lebih aktif terlibat dalam mempromosikan dan melestarikan budaya mereka melalui platform digital.
Ketiga, menciptakan program pendanaan dan hibah untuk mendukung kreator konten yang fokus pada budaya maritim. Lembaga pemerintah, swasta, dan organisasi internasional bisa memberikan bantuan finansial kepada individu atau kelompok yang berkomitmen untuk memproduksi konten berkualitas tentang budaya maritim. Pendanaan ini akan membantu mereka dalam mengatasi kendala sumber daya dan memastikan keberlanjutan proyek-proyek mereka dalam jangka panjang.
Keempat, memanfaatkan teknologi dan platform baru untuk menjangkau audiens yang lebih luas. Misalnya, menggunakan fitur-fitur interaktif seperti live streaming, virtual reality (VR), dan augmented reality (AR) untuk memberikan pengalaman yang lebih mendalam tentang budaya maritim. Teknologi ini dapat digunakan untuk tur virtual di desa nelayan, simulasi pembuatan kapal tradisional, atau pengalaman menyelam di terumbu karang, yang semuanya dapat diakses melalui media sosial. Penggunaan teknologi inovatif ini akan meningkatkan daya tarik dan keterlibatan audiens.
Kelima, membangun komunitas dan jaringan yang kuat di media sosial untuk mendukung pelestarian budaya maritim. Membentuk kelompok-kelompok online, seperti forum diskusi, grup Facebook, atau komunitas di aplikasi chatting, memungkinkan pertukaran informasi dan kolaborasi antara individu yang memiliki minat yang sama. Selain itu, mengadakan acara online seperti webinar, workshop, dan diskusi panel tentang budaya maritim dapat meningkatkan partisipasi dan keterlibatan masyarakat luas. Dengan adanya komunitas yang solid, upaya pelestarian budaya maritim akan lebih terorganisir dan berdampak besar.
Secara keseluruhan, membangun budaya maritim melalui media sosial adalah langkah strategis yang dapat meningkatkan kesadaran, partisipasi, dan tindakan nyata dalam melestarikan warisan maritim Indonesia. Dengan memanfaatkan potensi media sosial, kita dapat menciptakan perubahan yang signifikan dalam cara masyarakat melihat dan menghargai laut serta segala aspek budaya yang terkait dengannya. Dalam konteks ini, kolaborasi antara pemerintah, komunitas lokal, dan pengguna media sosial sangat penting untuk menciptakan gerakan yang terintegrasi dan berkelanjutan demi keberlanjutan budaya maritim.