Kegiatan Tahunan Suku Adat Tolaki di Koltim

Kegatan Adat Mosehe di Kabupaten Kolaka Timur, foto : Dekri

Diawali Monahu Ndau dan Diakhiri Mosehe Wonua

Kontributor : Dekri
Kegatan Adat Mosehe di Kabupaten Kolaka Timur, foto : Dekri
Kegatan Adat Mosehe di Kabupaten Kolaka Timur, foto : Dekri

Tirawuta, Koran Sultra-Kegiata Upacara adat seringkali kita jumpai dibeberapa daerah pada di Indonesia. Saat ini upacara adat masih sering kita jumpai di daerah daerah pedalaman tertentu. Sedangkan ditengah kota upacara adat hanya bisa kita jumpai pada saat acara pesta pernikahan. Itupun, jika yang melangsungkan pernikahan berasal dari keturunan bangsawan yang masih kental akan adat dan budayanya. Di Sulawesi ketika berbicara suku dan adat memang masih kental. Namun, ketika berbicara pelaksanaan adat istiadatnya kini hampir pupus ditelang zaman moderen.

Seperti halnya di Kabupaten Kolaka Timur (Koltim), yang saat ini didiami berbagai macam suku dan budaya. Namun yang lebih mayoritas saat ini di Kabupaten yang di lahirkan oleh kolaka itu adalah Suku Tolaki. Suku Tolaki di Koltim masih kental akan persatuannya. Bahkan, warga suku tolaki saat ini masih menghargai akan adat istiadat mereka.

Para suku tolaki di Koltim masih menghargai akan suatu kata yang mengandung makna seperti ”Inae Kona Sara Iya Pine Sara, Inae lia sara Iye Pineka Sara” makna dari kata ini sangat dijunjung tinggi didaerah tersebut yang memiliki arti “barang Siapa yang menghargai Adat, maka dia juga akan diharga, dan barang Siapa yang tidak menghargai akan adat maka dia akan dikasari.

Tradisi Suku Tolaki di Koltim, memiliki berbagai macam acara acara ritual adat, yang saat ini masih terjaga akan kearifannya. Seperti halnya acara ritual adat Monahu Ndau, Mosehe Wonua dan beberapa jenis jenis upacara ritual adat lainnya. Kemarin, Sejumlah warga koltim melaksanakan kegiatan adat Monahu Ndau di Desa Lara Kecamatan tirawuta Koltim.

Kegiatan tersebut merupakan kegiatan ritual tahunan warga suku tolaki yang mendiami beberapa desa di Koltim. Kegiatan ini masih diyakini warga akan kebenarannya. Sedangakan Tujuan dari ritual ini adalah pesta panen atau perayaan akan keberhasilan para petani dalam memelihara hasil pertaniannya yang tidak terserang akan hama.

Kegiatan tersebut adalah kegitan rutin warga suku tolaki setiap tahunnya. Biasanya kegiatan ini dilaksanakan sebelum memasuki hari raya Idul Adha Umat Muslim. Kegiatan Monahu Ndau biasanyanya dilengkapi dengan kegiatan Mosehe Wonua.

Menurut Penyelenggara kegiatan Said Rangga Wula, yang dijumapai saat acara prosesi ritual adat, kegiatan tersebut dilaksanakan setiap tahunya. Kata dia, dalam pelaksanaan acara tersebut kali ini cukup berbedah dari tahun tahun yang lalu. Jika ditahun lalu pelaksanaannya hanya dihadiri warga, kali ini kegiatan tersebut akan dihadiri langsung oleh Kepala Dinas Pariwisata. ”Makanya, akan kami laksanakan juga acara penyambutannya berupa tarian lulo,”katanya.

Monuhu Ndau kata dia merupakan acara ritual adat Suku Tolaki, yang dilaksanakan setiap tahun usai panen pertanian dan perkebunan. Acara tersebut dilaksanakan sudah 13 tahun.

Selama 13 tahun, pelaksanaan acara Monahu Ndau selalunya diawali dengan tari penyambutan tamu yang disebut tarian Lulo. Tarian lulo ini selalu dilaksanakan untuk menyambut para tamu baik itu tamu dari daerah sekitar maupun dari daerah lain.

Saat kegiatan tersebut, tampak hadir Kepala Dinas (Kadis) Pariwisata Koltim marce Kasim dan Sekretaris Dinas Pariwisata Sulwan sofyan edwar.

Dalam acara itu, nampak sejumlah perempuan separu baya dengan mengenakan kebaya, bergandeng tangan menari lulo sangia (Lulo Dewa). Lulo sangia ini, berbeda denga lulo yang sering kita jumpai saat acara pesta rakyat, gandeng tangan antara laki laki dan perempuan. Lulo ini hanya bisa diikuti oleh perempuan saja, sedangkan laki laki hanya cukup menyaksikan tarian berlangsung.

Tarian Lulo Sangia ini, dipandu dengan alat musik tradisional tawa-tawa sangia atau yang dikenal dengan nama gong dan alat musik dimba wuta atau gendang tanah yang dibuat dari kelopak sagu dan rotan. Tarian lulo yang dilengkapi dengan mobesara (Memohon Ijin) dengan menggunakan kalo sara (alat adat sakral suku tolaki) diletakan didepan tamu pemerintah sebagai tanda memohon ijin penyelenggaraan kegiatan.

Acara yang dilaksanakan selama dua hari ini, berlangsung meriah karena bukan hanya sekedar warga yang turut hadir diacara tersebut namun, sejumlah pegawai dari dinas pariwisata juga terlihat sibuk dokumentasikan kegiatan tersebut.

Seusai acara ritual adat Monahu Ndau, diakhiri dengan acara ritual Mosehe Wonua dan pengobatan masal melalui spiritual. Kegiatan Mosehe Wonua dilakukan guna membersihkan daerah setempat dari segala penyakit dan sial, baik penyakit yang diderita manusia, maupun penyakit yang diderita tumbuh tumbuhan petani.

Mosehe Wonua ini, dipercaya suku tolaki sebagai Media perantara untuk meminta Petunjuk kepada tuhan yang maha esa, agar kampung atau daerah tersebut dijauhkan dari malapetaka atau kekotoran akibat ulah manusia yang tidak bertanggung jawab.

Seusai kegiatan Mosehe Wonua, dilaksanakan Pengobatan masal secara spiritual. Pengobatan Spiritual ini, dilaksanakan di pinggir sungai sakral. Mereka mengatakan sungai sakral karena disungai itu merupakan pertemuan kedua arus sungai, antara arus sungai simbune dan arus sungai lalingato yang kemudian kedua arus sungai itu bersatu mengalir hingga ke sungai pohara yang ada di kendari.

Adapun tata cara pengobatannya yaitu dengan cara melepas telur kesungai tersebut. Lalu kemudian menyebur ke sunagi sakral tadi.

Said Rangga Wula selaku penyelenggara kegitan berharap, agar pemerintah daerah Koltim turut handil kedepanya dalam melestrikan kearifan lokal budaya Monahu Ndau dan Mosehe Wonua di tempat tersebut. Sebab kata dia, kedepannya tempat tersebut dapat dijadikan wisata alternatif di Koltim untuk wisatawan lokal maupun nasional. ”Kami sangat mengharapkan agar pemerintah daerah dapat menjadikan tempat tersebut sebagai wisata alternatif di Koltim,”harapnya.

Sementara itu Kadis Pariwisata Marce Kasim mengatakan, Kehadiran dirinya merupakan penghargaan dari suku tolaki yang telah mengundang dirinya dalam kegiatan tersebut.
”Pihak penyelenggara mengundang saya guna ingin memperkenalkan tradisi tahunan ini kepada pemerintah, mereka berharap agar nantinya dapat dihadiri langsung oleh Bupati Kolaka Timur. dan saya sangat apresiasi kegiatan tersebut, karena meski konsep pelaksanaannya sederhana, namun memberikan inspirasi yang luar biasa,”katanya.

“Saya hadir ini bukan saja sebagai tamu undangan, melainkan saya bawa Tim dari Pariwisata guna melakukan riset terkait acara tahunan ini yang nantinya setelah kegiatan ini saya akan menyampaikan kepada Bupati yang pro terhadap kearifan local, seni budaya serta adat istiadat yang ada di Kolaka Timur ini,”tutupnya.(**)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *