“Kuota pupuk yang datang pada kami pihak pengecer tidak pernah mencukupi dengan RDKK yang ada.”
Unaaha, Koran Sultra – Memasuki musim tanam tahun 2016 para petani dikecamatan Tongauna kabupaten Konawe kesulitan mendapatkan pupuk bersubsidi.padahal kebutuhan pupuk telah terakomodir dengan jelas dalam rencana definitif kebutuhan kelompok atau RDKK yang disampaikan oleh ketua kelompok maupun ketua gapoktan didesa tersebut.
Seperti Sabtu( 08/10) pekan kemarin kembali para petani mengeluh kesulitan akan pupuk bersubsidi,sebagian petani harus pulang dengan kecewa tidak kebagian pupuk jenis phonska padahal sedari pagi mereka telah menuggu dihalaman rumah bapak Rudya,salah seorang pengecer pupuk bersubsidi dikelurahan Mekar sari, tetapi hanya sebagian saja yang dapat itupun tidak sesuai dengan jumlah luas lahan yang mereka olah.
Salah seorang petani mengaku kecewa dengan tidak meratanya pembagian pupuk menurutnya ini akan berdampak dengan hasil panen.”kami petani dikecamatan Tongauna tanamnya pada bersamaan,proses pemupukannya sudah terjadwal,nah kalo sudah begini kemarin katanya pupuk yang datang 16 ton biarpun dibaginya rata pasti ada teman yang tidak kebagian bagaimana mau hasil panen kami berhasil pupuknya saja tidak ada.”ungkapnya sedikit kesal
Lanjutnya”kemarin kita kesini (rumah bapak rudya) kami dijanjikan 8 ton untuk desa ambepulu dan 8 ton untuk sendang mulyasari,tapi kenyataannya pagi-pagi kita kesini ternyata pembagiannya sudah diluar komitmen lagi.”tutupnya dengan enggan menyebutkan namanya.
Saat dikonfirmasi Rudya,pengecer pupuk bersubsidi mengatakan pupuk tersebut tidak mencukupi kuota yang ada.”kuota yang datang tidak pernah cukup dengan jumlah RDKK yang ada dan bukan kali ini saja,sudah bertahun-tahun sering begini, kemarin pupuk phonska yang datang 26 ton namun untuk 10 ton telah saya salurkan untuk petani diluar wilayah kecamatan Tongauna namun RDKKnya ada sama kami,sementara 16 tonnya saya peruntukan disini,untuk desa ambepulu dan desa-desa yang lainnya yang petaninya belum kebagian pupuk.”ucapnya.
Dari pantauan koran sultra kemarin,sungguh ironis karena setiap seorang petani hanya mendapatkan 2 sak pupuk phonska saja untuk 1 ha bahkan bisa lebih dari itu dan ada seorang petani yang belum kebagian sama sekali, ini suatu fenomena yang sedang terjadi pada petani dan harus jadi perhatian bagi pemerintah dan intansi terkait,karena disaat harga gabah yang kerap tidak stabil malah pupuk seolah sulit di dapat oleh petani