Catatan : Asri Joni
Dikisahkan Latar Belakang Labolontio adalah seorang Bajak Laut yang menguasai kepulauan Moro di Filipina, perairan banda sampai selayar.
Namun dalam manuskrip Buton, tercatat bahwa Labolontio adalah seorang kapten laut dari kepulauan Tobelo Kesultanan Ternate. La bolontio memimpin pasukan laut dibawah perintah Sultan Ternate untuk memperluas wilayah kekuasaannya juga dalam rangka menyebarkan pengaruh Islam di kawasan timur Nusantara termasuk Buton, Bima, Selayar dan Makassar yang pada saat itu kebanyakan Kerajaan masih beragamakan Hindu.
Labolontio kerap hampir menyerang semua dikerajaan-Kerajaan di semenanjung tenggara sulawesi antara lain Kerajaaan Konawe, Moronene, Muna dan Buton, termasuk daerah selayar. Disaat yang sama munculah seorang bernama Lakilaponto yang merupakan Putra Raja dari Raja Muna Sugi Manuru dari hasil perkawinanya dengan WaTubapala.
Dan selama hidupnya Lakilaponto berkeliling daerah jazirah Sulawesi Tenggara antara lain Kerajaan Konawe, Kerajaan Mekongga,Kerajaan Moronene, Kerajaan Wuna, Kerajaan Muna, dan Kerajaan Buton. Dan hampir setiap daerah yang disinggahinya Lakilaponto berhasil menyelesaikan masalah di daerah tersebut sehingga ia menjadi Raja atau Panglima Perang di masing-masing daerah tersebut, dan dikenal dengan nama yang berbeda di tiap-tiap daerah yakni Haluoleo (Konawe), Lakilaponto (Muna), Murhum (Buton)Awal KonfrontasiKonfrontasi antara Lakilaponto dan Labolontio telah terjadi sejak Lakilaponto menjadi Panglima Perang Kerajaan Konawe, dimana saat itu Labolontio menyerang daerah pesisir Kerajaan Konawe yakni Wonua Sampara.
Namun akan tetapi Lakilaponto berhasil menghalau pasukan labolontio sehingga gagal menaklukan daerah tersebut.
Selain itu Labolontio juga pernah berhadapan lagi dengan Lakilaponto, ketika Labolontio menyerang wilayah Kerajaan Moronene, sehingga pada saat itu Kerajaan Moronene meminta bantuan Lakilaponto yang saat itu menjabat sebagai panglima perang di Kerajaan Konawe, sebagai balasan Lakilaponto mengirimkan peralatan dan perlengkapan perang untuk Kerajaan Moronene seperti berupa parang dan baju perang, serta turut membantu Kerajaan Moronene menghalau Armada Labolontio.
Perang Melawan Labolontio di Kerajaan ButonPada saat Labolontio sedang berada di Selayar, Armada Labolontio menyerang wilayah Kerajaan Buton dan mendarat di daerah Labuantobelo, sebelah utara pulau buton. Saat itu Kerajaan Buton yang dipimpin oleh Raja Buton La Mulae dengan gelar Sangia Yi Gola.
Merasa kerajaannya terancam Raja Buton La Mulae mengadakan sayembara untuk mengalahkan Labolontio, dengan hadiah perkawinan dengan puterinya. Sayembara itu terdengar sampai ke Kerajaan Muna, sehingga pada waktu itu Raja Muna Sugi Manuru memanggil pulang Lakilaponto guna mengikuti sayembara tersebut, sebab apabila Labolontio berhasil menguasai Buton, maka Labolontio dapat mengancam kedaulatan Kerajaan Muna.
Dan Labolontio pun mengikuti sayembara tersebut, dan membawa sepupu dan sahabatnya Opu Manjawari dan Batumbu. Labolontio dan Lakilaponto akhirnya bertemu di pesisir Pantai Boneatiro dan terjadilah pertarungan yang sengit di antara keduanya, dan kemudian pertarungan dimenangkan oleh Lakilaponto.
Lakilaponto berhasil memenggal kepala Labolontio dan menyerahkannya terhadap kepada sang Raja Buton saat itu. Dan Sebagai imbalannya Lakilaponto berhak mempersunting dan menikahi putri sang Raja Buton saat itu.
Setelah mengalahkan Labolontio, Lakilaponto kembali ke daratan Muna untuk menggantikan ayahandanya Raja Muna Sugi Manuru, yang telah lanjut usia. Dan baru tiga tahun memerintah Kerajaan Muna, Lakilaponto dinobatkan sebagai Raja Buton dan menggantikan mertuanya Raja Buton La Mulae, setelah itu Lakilaponto pun memeluk agama Islam, dan sehingganya mengubah Kerajaan Buton menjadi Kesultanan, dan ia menjadi Sultan Buton pertama Yakni SultanMuhammmad Isa Kaimuddin Khalifatul Khamis (Sultan Murhum)