Uji Kompetensi Kesehatan Merupakan Cara Menyeleksi Tenaga Kesehatan Berkualitas

Sudarman, S.Kep.,Ns.,M.Kes dosen Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia (FKM UMI)
Sudarman, S.Kep.,Ns.,M.Kes dosen Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia (FKM UMI)

MAKASSAR, KORANSULTRA.COM – Uji Kompetensi adalah suatu proses untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap tenaga kesehatan sesuai dengan standar profesi.

Landasan hukum uji kompetensi diantaranya PP nomor 19 tahun 2005 : Standar Nasional Pendidikan yang digantikan dengan PP nomor 32 tahun 2013, Peraturan Menteri Kesehatan No: 46/Menkes/Per/2013 tentang registrasi tenaga kesehatan, UU nomor 12 tahun 2012: tentang Perguruan Tinggi, PB nomor 36 tahun 2013 : tentang Uji kompetensi mahasiswa gantikan oleh PB no 3/VIII/PB/2014 dan No 52 tahun 2014 tentang penyelenggaraan Uji Kompetensi dan UU Keperawatan No.38 Tahun 2014.

Bagi alumni kesehatan yang telah lulus uji kompetensi kesehatan nasional akan diberikan surat tanda registrasi.

Tujuan utama uji kompetensi merupakan upaya untuk melindungi masyarakat penerima jasa pelayanan dan meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan oleh para tenaga kesehatan secara aman dan efektif.

Mungkin setiap institusi pendidikan yang menyelenggarakan program studi kesehatan berharap besar lulusannya 100% kompeten dalam menghadapi uji kompetensi. Namun masih banyak lulusan yang belum kompeten.

Data Kemenristek Dikti menunjukkan, peserta uji kompetensi 2014-2015 bidang kedokteran tercatat 18.840 dari 69 institusi.

Pada uji kompetensi yang menggunakan komputer (CBT) persentase kelulusannya hanya 70 persen dan tes dengan objective structured clinical examination (OCSE) 90 persen. Dari 5.556 peserta uji di bidang kedokteran gigi di 25 institusi, tingkat kelulusannya 65 persen (CBT) dan 85 persen (OCSE).

Sedangkan di bidang DIII Keperawatan, dari 82.505 peserta dari 416 institusi hanya 64,38 persen kelulusan. Sementara pada DIII Kebidanan ada 122.844 siswa dari 554 institusi hanya 71.78 persen, dan profesi ners dari 40.380 peserta dari 257 institusi hanya 53,61 persen kelulusannya.

Maka dari itu Sudarman, S.Kep.,Ns.,M.Kes dosen Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia (FKM UMI) pada saat ditemui diruangannya, Minggu (10/9/2017), memberikan beberapa tips sebelum mengikuti uji kompetensi kesehatan.

1. Kuasai blue print uji kompetensi. blue print ini memberikan informasi terhadap area dan kedalaman materi yang diujikan; gambaran tentang metode uji yang akan digunakan dan acuan persiapan diri yang harus dilakukan. Blue Print memiliki tinjauan, dimana setiap tinjauan sudah ditetapkan proporsi persentase/jumlah soal yang akan keluar.

2. Berlatihlah menjawab soal kasus yang terstandar uji kompetensi/Teriview. Cara ini akan meningkatkan pengetahuan dan kepercayaan diri untuk menjawab soal ukom secara cepat dan tepat.

3. Bacalah doa sebelum ujian dan tenangkan perasaan. Doa merupakan senjata utama untuk meraih segala impian. Perasaan yang tenang akan membuat pikiran lebih stabil dalam menentukan pilihan yang tepat.

4. Ketahui cara membaca ANATOMI SOAL agar menghemat waktu. Dalam buku Jurus Menjawab Soal Ukom yang ditulis oleh Brajakson Siokal, S.Kep.,Ns.,M.Kep,dkk mengatakan bahwa ketika membaca soal kasus, hal pertama yang harus dilakukan adalah membaca pertanyaan soal. Cara ini, akan diketahui arah data-data penting yang harus dibaca dalam soal. Kedua, membaca soal kasus dan ketiga lakukan teknik eliminir yakni membuang pilihan jawaban yang sangat jauh dari maksud soal. Terakhir pilihlah jawaban yang paling tepat. Setiap pilihan jawaban berpotensi untuk dipilih, namun hanya ada 1 jawaban yang paling tepat sedangkan pilihan jawaban lain berfungsi sebagai distractor.

5. Ikuti try out. Kenapa hal ini sangat penting, karena bentuk soal pada saat uji kompetensi mirip dengan soal pada saat try out. Try out, dapat memberikan gambaran kemampuan saat ini.

6. Jawablah soal kasus dalam waktu = 1 menit dan jangan kosongkan jawaban sekalipun tidak paham sama sekali karena tidak ada sistem minus jika jawabannya salah. Jika tidak mampu menjawab soal, lanjutkanlah ke soal berikutnya agar tidak kehabisan waktu.

7. Padukan pemahaman teori dan praktik di lapangan.

8. Bergabunglah di group sosial media yang menyelenggarakan latihan uji kompetensi. Paling rekomendasikan bergabung di Group Rumah uji kompetensi ners Indonesia via telegram. (CJ MAKASSAR)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *