Mustafa
Mahasiswa Pascasarjana Universitas Nasional Jakarta

Oleh : Mustafa
Mahasiswa Pascasarjana Universitas Nasional Jakarta

Baubau, Koransultra.com – Mengawali tulisan ini datang dari sebuah diskusi pendek di kelas perkuliahan kampus Universitas Nasional Jakarta (UNJ). Kala itu, seorang dosen Dr. Syaipuddin,. M.Si, biasa disapa Bang Syaipuddin, membawa salah satu mata kuliah ‘Kepemimpinan Dan Manajemen Sektor Publik’. Saya pun salah seorang termasuk yang suka dan tertarik dengan pola pemikirannya jika bicara sejarah AS VS Cina.

Setiap Selasa sore, kami biasa berjumpa tentunya dalam sebuah perkuliahan. Suatu waktu hadir sebuah materi dan membahas tentang kekuatan dua Negara, yakni AS dan Cina dalam perang dagang. Muncul pertanyaan saya tentang kekuatan dua negara adidaya itu yang sekarang di akui dan di daulat mata dunia sebagai penguasa.

Dengan ilmu yang minim, saya pun bertanya kepadanya, “Bang, mana yang lebih berpengaruh atau di takuti di mata dunia antara AS dan Cina?

Tidak lama kemudian, beliau bercerita panjang lebar terkait keterkaitan dua negara itu. Saya pun mengutip penjelasannya yang sempat terekam di memori otak saya, yaitu sebuah ego dendam Cina ke AS dalam politik dan Ekonom. Dahulu kala, AS menjadi Polisi Dunia, dengan kekuatan Politik, Ekonom dan Militer. Keadaan pun berubah, saat ini di mata cina mereka bukan apa-apa, termasuk Indonesia lebih dominan takut ke cina dari pada AS.

Kenapa seperti itu, sebab dalam pembangunan Ekonomi, Politik, Teknologi, kemudian yang paling berbahaya dengan negara Cina sekarang adalah salah satu yang menguasai Obat-Obatan antibiotik yang di sebarkan di seluruh dunia, termasuk AS juga memakai obat antibiotik dari produk Negara Cina.

Saking menarik materi itu, saya pun kembali bertanya. Kenapa Bang bisa tahu masalah Obat-Obatan, dan bahkan lebih detail menjelaskan dari segi ala medis, ternyata beliau selain sebagai dosen, dia juga mempunyai 20 yunit Apotek yang tersebar Sejabodetabek, satu Rumah Sakit dan Satu Kampus miliknya di Kota Malang. Selain itu, Bang Syaipuddin juga menyampaikan, jika dia mempunyai isteri seorang dokter (dr).

Sampai disini, saya coba menuturkan, bila keberanian dan keberhasilan cina mulai dari segi ekonomi, politik, juga sebagai pembuat Obat-Obatan antibiotik, yang kita harus akui. Hemat saya, bisa saja mereka akan membuat sebuah racun atau virus, setelah itu mereka akan sebarkan kesiapa saja, itu juga kemungkinan bisa menyalahkan umat atau negara yang takut kepada cina, jika itu gagal !

Jika itu berhasil, mereka akan mengklaim keberhasilannya itu dalam penelitian dan penemuan baru, sekaligus makin memperlihatkan dirinya dihadapan dunia bahwa sekarang negara adidaya satu-satunya adalah mereka.

“bisa terjadi bisa tidak”, Ujar Mustafa mengutip perkataan Bang Syaipuddin didalam analisisnya, sekaligus menutup sesi perkuliahan di Kampus UNAS Jakarta, November 2019.

Lalu apa hubungannya dengan virus Corona yang baru-baru ini menggemparkan Cina, dunia dan bahkan hari ini sudah masuk di Indonesia. Pandangan dari kacamata wawasan saya, ini bisa saja menjadi bagian dari uji coba negara cina dalam membuat sebuah racun atau virus yang mematikan yang belum sampai pada tahap penyelesaian dengan obat penangkalnya (Vaksin), virus itu kemudian bocor, hingga bukan hanya pada posisi virus mematikan, tapi juga berimbas pada kemerosotan ekonomi di Cina.

Inilah yang terjadi, muncul virus corona dengan potensi bahaya yang mematikan sistem kesehatan manusia. Pastinya, kita sudah ketahui bersama, dimana virus ini berawal dari Negara Cina, tepatnya di sebuah daerah yang bernama (Wuhan), yang mayoritas Muslim dan juga menjadi tempat awal mereka membangun Laboratorium dan menjadi titik deteksi virus corona pada 5 Januari 2020 lalu.

Saya pun teringat, dan tergiring seperti apa yang disampaikan dalam analisis Bang Syaipuddin, yakni sangkut pautnya dengan isu bisnis (dagang dunia)

Tanggal 2 Maret 2020 kemarin, Presiden RI Ir. Joko Widodo (Jokowi), didampingi Mentri Kesehatan (Menkes RI), mengumumkan 2 (dua) warga Indonesia terkena Virus Corona. Ini juga membuat kaget publik, tetapi yang menjadi titik perhatian penting yaitu sebanyak 238 orang mahasiswa Indonesia dari Cina (Wuhan) yang di pulangkan ke Indonesia, dan lansung masuk karantina di pulau 1000, selama dua pekan itu tanpa melakukan cek kesehatan, dalam artian apakah ada yang terjangkit penyakit mematikan itu (virus corona) atau tidak, dengan alasan “Mahalnya biaya alat pendeteksi tersebut”, kutip ucapan Direktur Kesehatan Dan Perlindungan Penyakit Menular Lansung RI, pada Selasa (3/02/2020)

Nah kemudian, apa yang menjadi perang dagang kelas dunia, bukan hanya menjadi virus yang mematikan mahluk yang bernyawa (manusia), namun perang dagang dalam suatu investasi menjadi terganggu, baik akan itu akan menurunkan segi ekonomi sampai di sisi politik internasional khususnya. Hadirnya Covid-19 atau dikenal Virus Coron ini, Indonesia pun masuk sebagi Negara yang menjadi korban turunnya investasi dari negara-negara adidaya.

Bagi saya, seharusnya Bangsa yang besar ini tidak perlu cemas dengan para investor yang berinvestasi lalu kemudian menarik dana-dana besar mereka, yang harus Negara cemaskan adalah bagaimana menyelamatkan Ratusan juta Masyakarakat Indonesia dari virus mematikan yang bernama “Virus Corona“ itu, terlepas dari kepentingan negara di atas perang dagang antara Cina dan AS

Dalam realitas pokok Indonesia, seperti apa yang di sampaikan Pak Presiden RI belum lama ini, bahwa kita sekarang harus lebih berhati-hati dengan virus itu, karena itu sangat berbahaya bagi masyarakat Indonesia yang begitu sangat rentan dengan yang namanya sakit. Bahkan Pemerintah Indonesia menekan Kementerian Kesehatan, agar sedapat mungkin mendeteksi lebih awal penyebaran penyakit itu dengan mengadakan persiapan – persiapan medis yang memadai.

Semoga saja Kita semua terhindar dari virus mematikan itu dan di lindungi Oleh Allah SWT dalam segala penyakit.(*)

Desain Terbaru

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here