Oleh : Asri Joni
Kolaka, Tahun politik memang penuh warna dari mulai sudut lorong di Desa sampai pada sudut gedung bertingkat di Kota, semua menjadi pelangi dibias penantian dan tanda tanya siapakah yang akan jadi jawara merangkai pelangi diujung pena KPU.
Berpijak pada pengalaman masa lalu kala pemenang pemilu menduduki kursi singgasana, pemandangan menyuguhkan kesenangan dan kesedihan beraduk menjadi satu manakala sumpah terucap sebagai janji untuk menduduki jabatan bagi yang beruntung ditunjuk oleh penguasa menggantikan mereka waktu pilkada tidak sewarna dengan kandidat pemenang.
Haruskah demikian adanya, dan bolehkan berlaku saat era reformasi dikumandangkan. Jawabannya adalah realita telah menjawab semua itu dan tidak ada yang mampu menghalangi bahkan regulasi seakan menjadi pajangan disudut meja penguasa saat itu.
Lalu bagaimanakah pilkada diolah menjadi kemenangan.? inilah percakapan kami disudut warna itu.
Aku. : Ijin pak, tanyaku pada mereka !! bagaimana pandangan bapak dengan pilkada tahun ini?
Bapak : ohh.. tidak ada perbedaan pak, siapa yang banyak uangnya sudah itulah pemenang, kami hanya menunggu serangan fajar.
Aku : tapi tahukah jika uang yang digunakan akan diganti saat duduk dikursi kekuasaan?
Bapak. : itu tidak penting bagi kami.
Aku. : maksudnya?
Bapak. : yang manis
hanyalah gula pak, selebihnya tidak ada, berapa banyak janji yang pernah kami dengar, bahkan melihat langsung terpapar diujung lorong, terbentang disudut lantai gedung bertingkat dengan berbagai warna, semua itu hanyalah janji yang tak berujung. Disadari atau tidak yang jelas itulah yang terjadi, mau siapa pemenang kami tetap diposisi ini menghidupi keluarga dengan tetesan keringat, bahkan terik matahari memanggang hingga hujan membasahi, kami tidak peduli demi sesuap nasi untuk bertahan hidup hari ini.
Kami bukanlah manusia yang hidup diposisi aman, beda dengan orang setiap hari senin sampai jumat berseragam rapi penuh wewangian, menabur senyum, bahkan menyembah manakala berpapasan dengan penguasa pilkada hasil pilihan kami pak.! Bahkan mereka mengatakan kepada kami bahwa kalian itu adalah sekelompok orang yang dimanfaatkan dengan situasi.! lalu apakah itu salah, tentu tidak sebab semuanya sudah diatur dipanggung sandiwara kehidupan ini.
Percakapan diatas hanyalah sebahagian kecil dari gambaran memilih pemimpin jaman ini, dan semua itu terpulang pada kita dari sudut mana harus memandang sebab untuk menentukan warna tentu dibutuhkan bias agar mata mampu menerjemahkan warna yang dipandang. Hanya orang berjalan dikegelapan saja yang tidak mampu membedakan hitam dengan situasi.
Pilkada semakin dekat 27 Juni adalah tanggal penantian untuk menentukan hasil perjuangan melelahkan. Merekalah yang banyak meraih simpati pemilih berhak mengangkat tropi pilkada KPU untuk sebuah jabatan 5 tahun kedepan. Ingat,!! ada Tuhan dan pemilik suara menunggu janji yang pernah anda ucapkan dihadapan mereka waktu anda berkunjung disituasi itu.
Bahkan anda berteriak sekuat-kuatnya hingga langit bergemuruh, disituasi itu anda pun berani mengumandangkan asma sang pencipta agar keyakinan pemilih berpihak pada nomor dada yang anda kenakan. anda berjanji untuk membangun daerahnya dengan jempolan, dengan telunjuk, sebagai simbol bahwa anda berada di posisi itu.
Wonua mekongga adalah wonua sorume harus dibangun oleh tangan terampil, wajah muda menanti kita untuk meraih impian agar masa depan yang ia citakan dapat tercapai. Mereka adalah pewaris masa depan bangsa ini kedepan, jika hari mereka gagal karena janji kita maka tunggulah kehancuran.
Orang tua kita hari menanti sumpah kita untuk membangun maka dari itu ikhlaskan seluruh pengabdian, biarkan Tuhan yang Maha Esa, Allah Subhanahu Wataala, Ido sang hyang widi wasa membalasnya.
Jangan lupa bahwa janji itu adalah utang yang harus ditunaikan, jangan tunda sampai besok apa yang anda dapat lakukan hari ini agar segudang janji tidak menumpuk kala perhitungan yang sesungguhnya terlaksana. Memberi uang pada pemilih hanyalah sarana bukan tujuan, maka Jangan lupa bahwa janji itu adalah utang yang harus ditunaikan, jangan tunda sampai besok apa yang anda dapat lakukan hari ini agar segudang janji tidak menumpuk kala perhitungan yang sesungguhnya terlaksana. Memberi uang pada pemilih hanyalah sarana bukan tujuan, maka berbagilah agar kami dapat jatah dihajatan 5 tahunan ini, semoga berkah.(***)