Perbedaan KALO, O’SARA dan KALOSARA

Ilustrasi Kalosara Simbol Persatuan Suku Tolaki di Sultra
Ilustrasi Kalosara Simbol Persatuan Suku Tolaki di Sultra

Oleh: Drs. Basaula Tamburaka (Penulis Konsentrasi Budaya Kalosara)

Kalo sara adalah bahasa simbolik “Dia Sebagai Pegangan”, “Tertinggi”, masyarakat Tolaki Mekongga Konawe mensimbolkan segala hakikat dan aspek kehidupan orang Tolaki, wujudnya adalah rotan, kain putih dan siwoleuwa.

Harus dapat dibedakan ketiga istilah di atas,

1. ArtiKalo

Kalo adalah sebuah lingkaran bundar. Kalo bundar itu ada terbuat dari Rotan, emas perak, kulit kayu, bahkan ketika duduk melingkar atau lingkaran lulo disebut sebagai simbol Kalo. Namun jika Kalo terbuat dari rotan disebut Kalosara.

Terlebihdahulu dijelaskan sejarah singkat Kalo. Kalo pertama kali diperkenalkan adalah Wekoila kepada Raja Ndotongano Wonua Kerajaan Padangguni. Konon Wekoila gadis cantik turun dari Lauhene bersama Saudara kembarnya Larumbalangi sehingga mereka dijuluki Sangia Ndudu Ari Lahuene atau Tolahiangi. Kalo yang diperkenalkan itu bukan Kalo seperti sekarang ini.

Dia adalah prototif Kalo sebagai “Peowai” alat perang yang memiliki nilai magis religious mabarakah atau keramat.

Terbukti mampu mendamaikan ketiga kerajaan tua yang ada di daratan Konawe yang cukup luas. Ketiga kerajaan yang bertikai itu, selama 3 generasi adalah kerajaan Padangguni di Abuki, kerajaan Wawolesea di Toreo Lasolo dan Kerajaan Besulutu di Sampara.

Namun Wekoila sebagai Mokole More Pertama Kerajaan Konawe mampu mendamaikan bahkan melebur menyatu di Kerajaan Konawe berkedudukan di Inolobu Gadue di Unaaha.

Sekarang arti Kalo dari rotan kecil bulat dililit tiga dalam satu simpul ujungnya satu menonjol disebut KaloO’aso.

Jika terbentuk angka 8 disebut Kalo Hoalu yang masing-masing penggunaannya berbeda.
Jika KaloO’aso terdapat sirih pinang hanya diperuntukkan pada acara Mowindahako. Makna menonjol 1 ujung rotan adalah merendahkan diri, sedangkan 2 ujungnya tersembunyi bermakna jika ada kekurangan / kesalahan pengaju di maafkan atau jangan dibeberkan kekurangan tersebut kepada masyarakat luas.

Sedangkan Kalo Hoalu tidak ada sirih pinang di atas Kalosara penggunaannya hanya 3 tempat yaitu Pelantikan Mokole, Mosehe Wonua, dan Pekindoroha yaitu pertikaian antar seseorang.

2. ArtiO’Sara

O’Sara adalah ketentuan-ketentuan apa saja yang dilarang dan apa saja yang dibolehkan untuk dilaksanakan dalam kehidupan masyarakat Tolaki, bermasyarakat, bernegara dan berbangsa.

Singkatnya O’Sara adalah adat isti adat, aturan-aturan dan simbol hukum Adat Tolaki. Adapun pelaksanaan O’Sara ada lima Sara Owoseno atau Sara Mbuuno Tolaki.

Pertama Sara Wonua bidang pemerintahan, Kedua Sara Mbedulu bidang kekeluargaan seperti Merapu
Ketiga Sara Me’Ombu bidang Reliji atau aktivitas agama Keempat Sara Mandarahi bidang keahlian atau keterampilan, Kelima Sara Mondau bidang Ekonomi Tradisional Merujuk definisi O’Sara di atas, ada yang berpendapat sama pengertian kata Taqwa.

Namun, yang pasti hakikat O’Sara adalah falsafah hidup orang Tolaki dalam Bahasa Puitis adalah sebagai berikut: Inae Konasara Ieto Pinesara, Inae Liasara Ieto Pinekasara.

3. ArtiKalosara

Secara harfiah Kalo sara terdiri 2 kata. Kalo dan Sara. Kalo berarti seutas rotan kecil bundar terdiri 3 buah lalu dililit kearah kiri membentuk bundar yang satunya menonjol keluar yang dua ujungnya tersembunyi.

Sara sebagaimana disebutkan di atas, ada 2 model yaitu Kalo berdiameter 40 cm dan 45 cm, masing-masing berbeda penggunaannya. Jika 45 cm diperuntukkan Camat keatas yaitu seperti Bupati, Gubernur dan Presiden.

Jika 40 cm diperuntukkan Camat kebawah seperti, Tokoh Adat dan Masyarakat luas. Perlu dipahami ornament Kalosara harus terdapat 3 unsur yaitu Kalo (Rotan), kain putih dan Siwoleuwa. Salah satu unsur tidak terdapat maka tidak bisa disebut Kalosara.

MAKNA 3 UNSUR KALOSARA

1. Unsur pertama, Kalo (rotan) memiliki makna Persatuan dan Kesatuan.
2. Unsur kedua, kain putih sebagai pengalas Kalosara memiliki makna kesucian dan keadilan.
3. Unsur ketiga, Siwoleua sebagai wadah yang berbentuk segi empat memiliki makna kemakmuran dan kesejahteraan.

Sebagaimana dalam Bahasa Daerah Tolaki secara puitis disebut :

1. Medulu Mepokoaso
2. Ate Pute Penao Moroha
3. Morini Mbu’umbundi Monapa Mbu’undawaro.

Ketika unsur Kalo tersebut bagi orang Tolaki sudah lama mereka amalkan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu persatuan, keadilan dan kesejahteraan adalah suatu cita-cita luhur dalam hidup bersama yang perlu dipertahankan dalam kehidupan masyarakat Tolaki.

Sehingga filosofi kalosara yang ditinggalkan nenek moyang orang Tolaki tersebut di atas dari dulu sampai sekarang orang Tolaki tidak mengenal istilah radikalisme, termasuk budaya Hoaks yang mengganggu kehidupan masyarakat.

Catatan : Tulisan ini merupakan hasil kiriman di Kolom Citizen Jurnalis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *